======> Frekwensi Baru di 159.700Mhz input 154.700Mhz splite - 5.00 Tune 88.5 ijin dari KEMENKOMINFO. Atau main direk frekwensi lama di 148.970Mhz <==== > Facebook : jmerepeater ==== > YM : Jmerepeater ==== > Email : jmerepeater@yahoo.com

Minggu, 26 Desember 2010

JME RESCUE PEDULI MERAPI 2010 PANTAUAN SUNGAI BERHULU MERAPI

Jogja Magelang Elektronik (JME) merupakan salah satu Organisasi Radio yang mengudara pada Freq. 148.970. Sampai dengan saat ini relawan-relawan yang bergabung, melakukan pemantauan terutama sungai-sungai yang mempunyai potensi bencana/bahaya sekunder Merapi, terutama Sungai-sungai yang berhulu dari G.Merapi bagian barat (Sungai Boyong, Krasak ,Batang, Putih, Bebeng,dan Pabelan).
Sesuai himbauan pemerintah warga yang terposisi pada 300 m dari bibir sungai harus mewaspadai bahaya luapan lahar dingin. Selain hal tersebut saat ini kami juga mendirikan POSKO Peduli Korban Bencana & RESCUE di Bantaran Kali Putih tepatnya di Dusun Salakan Sirahan Salam Magelang yang berfungsi untuk menyalurkan Bantuan Logistik dan Pengamanan di wilayah tersebut.

JME REPEATER induk komunikasi bankom merapi pantauan bantaran sungai

Induk Komunikasi Jogja Magelang Elektronik (JME) yang beralamat di Dusun Jagang Kidul Salam Magelang Jawa Tengah 56484, merupakan pusat koordinasi dan pusat Informasi yang di sebar luaskan melalui Freq. 148.970 Mhz dan dipancarkan dari bukit Suroloyo Jawa Tengah.
Di Induk Jagang Kidul inilah Informasi tentang Gunung Merapi, Pantauan Sungai yg berhulu dari G.Merapi dan Informasi kejadian-kejadian yang ada pada jangkauan personil JME di terima dan di sebarluaskan kembali untuk di dengarkan oleh semua monitoring JME yang meliputi Kab. Klaten, Boyolali, Gunung Kidul, Bantul, Kodya Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, Magelang, Mungkid, Purworejo dan sekitarnya. Apabila perangkat dan antena memungkinkan rekan-rekan yang berada di wilayah Solo, Semarang dan sekitarnyapun juga bisa memonitor dan menyampaikan Informasi kepada kami.

TIM JME RESCUE MENUMPANG MOBIL PENGANGKUT PASIR SETELAH MELAKUKAN PENYISIRAN DI KALI KRASAK

Tampak beberapa Relawan JME yang sudah lelah berjalan setelah 7 jam melakukan Penyisiran di Kali Krasak.
Penyisiran dilakukan karena ada Informasi dari beberapa masyarakat di desa Merdikorejo Tempel tentang adanya penambang pasir yang hanyut terbawa arus Sungai Krasak pada saat Banjir dengan intensitas di atas sedang terjadi awal Januari lalu.
Setelah melakukan penyisiran selama 7 jam dan hasilnya nihil maka Tim ini pun memutuskan untuk menghentikan pencarian korban dan merapat kembali ke Induk JME.
dalam gambar ini tampak 3 relawan kami yaitu mbah Muh, pakde Pentet, dan om Tumin.... mengucapkan daa...daa.... kepada 22 relawan lain yang masih berjalan kaki menuju indukkkk...... kkkkkkkkkkk dasar..... meski lelah masih sempat bercanda di jalanan.....

PENYISIRAN KORBAN DI KALI KRASAK OLEH JME RESCUE










25 Relawan JME melakukan Penyisiran di Kali Krasak dari 2 sisi sungai dan terbagi dalam 2 tim/kelompok. Penyisiran berlangsung sekitar 7 jam yang di mulai dari hilir sungai Krasak tepatnya di daerah pinggiran Desa Banyurejo Tempel ke utara s/d pinggiran Desa Lumbungrejo Tempel.
Meskipun sudah berusaha keras dan cermat namun expedisi ini terpaksa di akhiri dengan hasil NIHIL. Dan sampai saat ini belum ada tindak lanjut berita karena tidak ada Warga di sekitar TKP yang merasa kehilangan anggota keluarganya.
Harapan kami Mudah-mudahan Informasi korban hanyut ini tidak benar ..... dan seandainya benar mudah mudahan Korban di terima di sisi-Nya dan di ampuni semua dosa-dosanya. amiennn........
(by chemplon 016)

PENYISIRAN KORBAN BANJIR DI KALI PUTIH










TIM RESCUE JME kembali melakukan Penyisiran korban hanyut, namun untuk kali ini kami melakukan penyisiran di Kali Putih.
Hal ini dilakukan karena adanya "penemuan potongan kaki orang dewasa" oleh warga dusun Cabe, Srumbung, Magelang pada tanggal 26 Desember 2010 yg lalu.
Keesokan harinya (27 Des 2010) Tim Rescue JME berangkat melakukan Penyisiran untuk mencari potongan Organ tubuh yang lain.
Penyisiran di lakukan mulai pukul 09.00 s/d 15.00 WIB, Relawan berjumlah 20 orang yang kemudian terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I menyisir dari daerah Jurangjero keselatan (kebawah) dan Kelompok II menyisir dari wilayah desa Seloboro, Gempol Jumoyo,Seloiring keutara (keatas).
Kedua kelompok ini akhirnya bertemu dan bergabung kembali di Daerah Srumbung tepatnya di belakang Kantor Kec. Srumbung dengan hasil Nihil.....
Di duga Potongan Kaki tersebut merupakan korban Mutilasi karena teridentifikasi bekas potongan atow sayatan yang rapi dan tidak menandakan terpotong karena tergilas lahar dingin ataupun sayatan binatang buas.
Tepat puku 15.00 WIB JME RESCUE kembali merapat ke Induk JME untuk mengkondisikan Badan dan pemulihan stamina.
(by chemplon 016)

Senin, 13 September 2010

ANTENA DAN TEORI PANJANG GELOMBANG
























Penguasaan pengetahuan antena perlu dipelajari tersendiri disamping teknik radio, walaupun antena itu sendiri merupakan bagian dari radio. Pesawat radio dalam kondisi baik belum tentu dapat beroperasi secara optimal apabila dalam penginstalasian antenanya tidak sesuai/tidak tepat dan mengabaikan ketentuan-ketentuan sesuai teknik antena. Demikian pula penggunaan antena yang tidak benar akan dapat menyebabkan kerusakan pada pesawat yang bersangkutan. Sehingga penggunaan dan instalasi antena harus sesuai dengan ketentuan teknis serta kepentingan teknis. Seperti diketahui bersama antena mentransfer energi RF yang dihasilkan oleh sebuah pemancar radio, ketempat lain pada jarak tertentu. Energi dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Selama diradiasikan, gelombang bergerak melalui ruang, dan sebagian gelombang tersebut diserap oleh antena radio penerima. Sebuah tegangan diinduksikan ke antena penerima, kuat lemahnya tegangan tersebut tergantung dari intensitas gelombang yang dipancarkan, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misal : jarak penerima ke pemancar, tinggi antena dan gangguan selama perambatan. Antena terbuat dari bahan konduktor, dengan ukuran dan bentuk yang dibuat sedemikian sehingga memiliki pola tertentu, serta berfungsi menangkap dan atau memancarkan sinyal radio.

Parameter Antena. Didalam mempelajari antena kita kenal beberapa istilah/variabel yang erat kaitannya dalam pemilihan dan penggunaan sebuah antena.

a. Panjang antena. Panjang fisik antena dihitung berdasarkan panjang gelombang atau (Lamda) frekuensi kerja pesawat yang menggunakan antena tersebut. Panjang gelombang dihitung dalam satuan meter atau feet.

Rumusan diatas diperoleh dari kecepatan rambat gelombang radio diruang bebas yaitu 299,793,097 meter dan dibulatkan menjadi 300 meter per detik, atau 983,573, 087 feet per detik, yang dihitung jarak antar cycle atau periode. Oleh karenanya bila ingin menghitung panjang antena setengah panjang gelombang dapat juga langsung menggunakan rumus :

Sehubungan adanya perbedaan kecepatan rambat gelombang radio diudara dengan disuatu penghantar (conductor) maka dalam menghitung panjang fisik antena pada umumnya masih harus dikurangi faktor kependekan , sebesar ± 5%

Contoh : Carima HF bekerja pada frekwensi : 10 MHZ.

Bila ingin dibuat antena dengan panjang setengah panjang gelombang :

Panjang fisik antena menjadi 15 – (5%.15) = 14,25 meter.

b. Distribusi arus dan tegangan.

Bila kepada sebuah antena dicatukan energi RF, maka pada panjang antena tersebut terjadi arus dan tegangan.

Contoh :

Arus dan tegangan mengalami nilai maksimum dan minimum. Pada antena dengan setengah panjang gelombang (half wave lenght) sebagaimana gambar diatas, nilai maksimum dan minimum arus dan tegangan akan terjadi pada setiap panjang kelipatan setengah panjang gelombang.

c. Impedansi antena (antena impedance).

Impedansi antena diperoleh dari adanya harga dan tegangan sepanjang antena.

Mengingat harga arus dan tegangan yang tidak sama disepanjang konduktor, maka nilai impedansi antena yang diperoleh tidak sama disepanjang antena. Pada ujung antena dengan panjang setengah lamda terdapat impedansi maksimum, sedangkan di titik tengah (center) antena tersebut terdapat impedansi minimum.

Harga impedansi antena perlu dikenali dalam rangka penyesuaian impedansi (impedansi matching) terhadap saluran transmisi yang digunakan. Jadi bila energi RF dari radio pemancar disalurkan melalui saluran transmisi dengan impedansi karakteristik 75 ohm maka titik catu pada antena dicari pada impedansi yang mendekati 75 ohm.

d. Polarisasi.

Polarisasi adalah arah getaran komponen listrik (E) gelombang elektomagnetik yang bersangkutan terhadap bumi. Penerimaan antena akan lebih efektif bila dipasang sesuai polarisasi sinyal yang diterimanya. Sebagai ilustrasi perhatikan gambar di bawah ini.

e. Penguatan (Gain) Antena.

Sebagaimana telah dikemukaan terdahulu adanya perbedaan pengarahan antena timbul perbedaan intensitas penerimaan pada suatu titik. Gain antena menggambarkan seberapa baik suatu antena memancarkan energi RF nya dan seberapa kuat intenitas penerimaan pada suatu titik dari antena tersebut. Dengan kata lain antena yang radiasinya terarah akan mempunyai faktor penguatan yang lebih baik dibanding yang omnidirectional.

G = Gain.

K = efisiensi (power yang diradiasikan dibandingkan power input) antena

P = rapat daya pada titik maksimum.

P av = rata-rata rapat daya.

Selasa, 13 Juli 2010

Mengenal Repeater



Secara singkat repeater bisa diartikan sebagai unit logik atau medium yang digunakan untuk dapat mengatur keluar masuknya transmisi untuk kemudian memprosesnya dengan menerima ataupun mengirimkannya. Jadi apa hubungannya dengan meningkatkan kekuatan sinyal?

Itu karena repeater terdiri dari Transmitter dan Receiver sekaligus sehingga transmisi yang masuk dapat diterima sekaligus dikirimkan. Analoginya jika sebuah stasiun mengirimkan transmisi dengan melewati repeater, maka transmisi tersebut akan dikirimkan kembali ke stasiun tujuan yang masih berada dalam jangkauan (range) repeater. Nah dengan tujuan untuk menambah range tersebut, itulah sebabnya repeater selalu diletakkan di areal yang cukup tinggi, misalnya di areal menara, ataupun perbukitan, dengan ketinggian antenna-nya disarankan lebih dari 25 meter dari permukaan tanah.



Perhatikan perbedaan kedua gambar diatas, gambar pertama menunjukkan ketika dua stasiun saling melakukan transmisi, tetapi tidak dapat menjangkau stasiun lainnya. Sedangkan pada gambar kedua, dengan menggunakan repeater, kedua stasiun dapat berhubungan karena berada dalam jangkauan repeater. Secara teori, jika tidak menggunakan repeater, jangkauan transmisi frekwensi VHF hanya sekitar 2 km – 20 km, tetapi dengan menggunakan repeater bisa mencapai sekitar 40 km – 100 km.

Selain itu dengan menggunakan beberapa repeater secara bersamaan (pada frekwensi yang sama) jangkauan sinyal transmisi bisa semakin jauh.